Kamis, 15 September 2011

keutamaan optimis

Keutamaan dan Kemuliaan Ilmu ( Bagian 1)

Keutamaan dan Kemuliaan Ilmu ( Bagian 1)
Kenyataan sejarah dan juga pengamatan di sekitar kita telah menyimpulkan dengan sederhana  bahwa ; ilmu mengubah seseorang menjadi lebih mulia. Kesimpulan sederhana ini sejalan dengan banyak dalil dalam Al-Quran maupun As-Sunnah . Banyak dalil naqli yang menguatkan kemuliaan seseorang karena ilmunya. Mari kita teliti satu per satu, mengapa ilmu membuat kita jadi mulia dunia dan akhirat.

a.    Karena Allah SWT membedakan dan mengangkat derajat orang yang berilmuAllah SWT berfirman : Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran. (QS az-Zumar 9 )
Firman Allah SWT : "Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan." (QS Al-Mujadalah ayat 11)

Ibnu Abbas ra mengomentari ayat di atas dengan mengatakan : Tingkatan para ulama dibanding orang mukmin biasa adalah lebih tinggi sebanyak 700 derajat, dimana diantara satu derajat ke derajat setelahnya adalah sama dengan jarak 500 tahun perjalanan !

b.    Karena orang yang berilmu senantiasa dijadikan rujukan
Allah SWT berfirman : Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui, (QS an-Nahl 43)

 Seorang yang berilmu suka atau tidak pasti menjadi tempat orang bertanya dan merujuk kepadanya ketika mendapat sebuah permasalahan. Karena itu, mereka senantiasa menempatkan para ulama, guru dan ustadz pada kedudukan yang mulia. Ini adalah bukti nyata bahwa ilmu juga membuat orang mulia bukan Cuma di akhirat saja.

c.    Karena ilmu adalah satu-satunya warisan Nabi
Dari Abu Darda', Rasulullah SAW bersabda : Dan sesungguhnya ulama itu pewaris para nabi, dan sesungguhnya para nabi itu tidak pernah mewariskan dinar dan tidak pula dirham, tetapi mereka mewariskan ilmu. Maka barang siapa mengambilnya, sungguh telah mengambil bagian yang besar ". (HR Tirmidzi, Ahmad dan Ibnu Majah)

Tidak ada keraguan bahwa manusia termulia adalah para nabi. Kemuliaan mereka diwariskan melalui ilmu agama. Para ulama yang mengambilnya pun berhak mendapatkan kemuliaan itu. Maka derajat mereka pun naik membumbung tinggi di akhirat nanti, sejajar dengan para nabi dan syuhada ! Dari Utsman bin Affan ra, Rasulullah SAW bersabda : Yang pertama memberi syafaat pada hari kiamat ada tiga : para nabi, para ulama dan para syuhada' (HR Ibnu Majah)

d.    Karena ilmu membuat kita beramal dengan benar dan ditakuti syaitan
Dari Abu Darda' ra, Rasulullah SAW bersabda : " Dan sungguh perbedaan keutamaan orang yang berilmu dengan orang yang gemar beribadah, sebagaimana keutamaan bulan purnama dari seluruh bintang lainnya" ( HR Tirmidzi , Ahmad)

Mengapa orang 'alim (berilmu) ternyata mempunyai keutamaan yang lebih mulia dibandingkan orang yang rajin ibadah ? Logika sederhana kita akan menjawabnya. Seorang berilmu sholat sunnah dua rekaat. Dia berwudhu dengan benar, sholat dengan benar dan khusyuk, mengetahui syarat, rukun dan hal-hal yang merusak ibadahnya. Sementara ada yang lainnya yang gemar sholat hingga delapan bahkan dua belas rekaat setiap malamnya, tetapi tidak memahami bacaannya, tidak mengetahui adab, syarat dan rukunnya, kira-kira yang mana yang lebih mulia amalannya ?

    Karena itu semua, syaitan lebih mudah memprovokasi orang yang tidak berilmu dengan memberinya usulan ibadah yang bermacam-macam, yang tidak ada syariatnya agar mereka tersesat lebih jauh. Sementara dengan orang berilmu, syaitan tidak mendapatkan peluang untuk itu. Syetan takut. Ada kisah nyata menarik yang sesuai dengan tema ini, berikut singkatnya ;

Belajar dari Ibnu Abbas : Takutnya Syetan pada orang Berilmu

Ibnu Abbas ra dan para sahabatnya rutin mengadakan halaqoh ilmu di masjid. Suatu ketika dalam sebuah pertemuan, Ibnu Abbas minta ijin untuk mengerjakan sholat sunnah. Tiba-tiba datang seseorang yang bertanya, " Apakah ada mufti (pemberi fatwa) disini ? ". Maka beberapa sahabat Ibnu Abbas ra menjawab dengan percaya diri, " bertanyalah ! ". Maka terjadilah dialog :
Fulan      :  Setiap kali aku buang air kecil selalu diikuti dengan keluarnya cairan hangat "
Sahabat Ibnu Abbas     : Apakah cairan yang bisa menghasilkan keturunan ?
Fulan            : " Betul, sama persis "
Sahabat Ibnu Abbas    : " jika memang demikian, berarti engkau wajib mandi janabah ! "

Kemudian sang penanya pamit untuk kembali pulang. Ibnu Abbas yang sedang sholat mendengar dialog tadi, maka ia segera mempercepat sholatnya. Kemudian ia segera menghampiri para sahabatnya dan memerintahkan, " Panggil kemari laki-laki yang tadi bertanya pada kalian ". Setelah laki-laki tadi kembali hadir di masjid, Ibnu Abbas pun menginterogasi para sahabatnya.
Ibnu Abbas     : " Apakah tadi engkau berfatwa menjawab pertanyaan laki-laki ini dengan mengambil dari Al-Quran ? "
Sahabat    : " Tidak .."
Ibnu Abbas    : " jika demikian , apakah dari sunnah Rasulullah SAW ? "
Sahabat    : " Tidak juga wahai ibnu Abbas "
Ibnu Abbas    : " Apakah dari perkataan para sahabat Rasul ? "
Sahabat    : " Tidak "
Ibnu Abbas    : " Jika begitu dari mana fatwa kalian itu ? "
Sahabat    : " itu murni dari pendapat kami wahai Ibnu Abbas .."
Ibnu Abbas    : " Jika demikian, benar sekali apa yang Rasulullah SAW sabdakan : Bahwa satu orang faqiih (ahli ilmu agama) itu lebih ditakuti syaitan daripada seribu orang ahli ibadah ! "
Ibnu Abbas menyindir para sahabatnya yang berani menjawab pertanyaan tanpa ilmu yang kuat, bahkan dari pendapat mereka sendiri. Kemudian ia menghampiri laki-laki yang tadi bertanya.
Ibnu Abbas    : " jika benar cairan itu yang keluar darimu, apakah engkau merasakan syahwat pada kemaluanmu ketika mengeluarkannya? "
Penanya    : " Tidak "
Ibnu Abbas    : " Benar engkau tidak merasakan syahwat atau nikmat ? "
Penanya    : " Tidak sekali lagi wahai ibnu abbas "
Ibnu Abbas    : " Lalu, apakah tubuhmu merasa lemas setelahnya ? "
Penanya    : " Tidak juga "
Ibnu Abbas     : " Jika demikian, itu berarti hanya karena rasa dingin. Cukup engkau berwudhu saja dan tidak perlu mandi "
Permasalahan pun rampung dengan kepuasan semua pihak. Mereka pun kembali ke halaqohnya dengan membawa sebuah pelajaran : bahwa syaitan senantiasa mengincar mereka yang kurang ilmu.
    Sekali lagi terbukti, kemuliaan orang-orang yang berilmu atas yang lainnya.

Tidak ada komentar: